Allah menjadikan pada setiap zaman para ulama sebagai penerua para anbia adalah merupakan rohmat dan anugrah bagi kita . Para ulama tersebut memberi pandangan positif orang-orang yang lari dari koridor agama ke jalan
yang lurus yakni agama islam membawa mereka dari kegelapan menuju cahaya . Dan menghidupkan orang-orang yang mati hatinya kepada ajaran agama . Umat ini senantiasa dirahmati oleh Allah ketika
berpegang teguh dengan ilmu dan terikat erat dengan para ulama . Hal ini terlihat sekali pada zaman
genarasi-genarasi terbaik atau disebut pada masa keemasan islam , semasa hidup Rasulullah saw pada zaman sahabat, tabi’in, dan masa-masa berikutinya. Kemudian datanglah setelah generasi tadi genarasi-
generasi belakangan yang menjauh dari etika dan penghormatan terhadap ulama dan lebih cenderung kepada orang-orang yang mereka disebut ” para pemikiran Islam” atau “ cendikiawa Muslim”. Buah pahit yang dirasakan dari ini adalah dicabutnya rahmat Allah swt dnegan timbulnya perpecahan di dalam tubuh kaum muslimin sebagai akibat berbeda-bedanya pemikiran- pemikiran islami yang ada .
Yang sangat disayangkan istilah ” pemikiran Islami ”atau “fikroh Islamiyah” hingga hari ini masih banyak dipakai di kalangan kaum muslismin dalamtulisan-tulisan dan pembicaraan mereka . Sejarah Liberalisme sebagai paham sesungguhnya sudah lama ada , seiring dengan proses penerjemahan buku-buku filsafat Yunani, Persia dan India ke dalam bahasa Arab atas perintah al-Makmum. Sejak itu, seruan kepada wihdatul adyan (penyatuan Agama) dan penisbatan nilai-nilai Agama sudah terdengar.
Penganut paham pluralis ini mengambil patokan tahun 1798 sebagai tonggak berdirinya paham Liberal. Pada tahun 1978 Napoleon Bonaparte menancapkan kukunya di Mesir. Tahun itu sangat bersejarah
sehingga Bernard Lewis menyebutnya sebagai “ a water shed in history” dan “the firs shock to
Islamic complacency, the first impulse to westernization and reform (lewis 1963: 34)
para sejarawan menyebutkan kedatangan Napoleon di Mesir merupakan tonggak penting bagi Muslim Liberal dan juga bagi bangsa Eropa. Bagi kaum Muslim Liberal, kedatangan itu membuka mata mereka, betapa tentara Eropa yang modern mampu menaklukkan dan menguasai jantung Islam . Bagi orang Eropa, kedatangan itu menyadarkan betapa mudah menaklukkan sebuah peradaban yang di masa silam
begitu Berjaya dan sulit ditaklukkan . Begitu pentingnya tahun 1798 ini hingga Albert Hourani, sejarawan Inggris keturunan Libanon, menjadikan sebagai awal era Liberal bagi bangsa Arab dan kaum Muslimin.
Seperti yang telah dijelaskan dalam bukunya, Arabic thought in the liberal age.
Kedatangan Napoleon ke Mesir bukan sekedar invasi militer, melainkan juga titik awal westernisasi bangsa
Arab dan kaum Muslimin. Hourani ini menjadikan era liberal sebagai rujukan masa kebangkitan islam di dunia modern.
Pemikiran liberal masuk kedalam tubuh kaummuslimin melalui para penjajah colonial . Kemudian disambut orang-orang yang terperangah dengan moderen .
yang lurus yakni agama islam membawa mereka dari kegelapan menuju cahaya . Dan menghidupkan orang-orang yang mati hatinya kepada ajaran agama . Umat ini senantiasa dirahmati oleh Allah ketika
berpegang teguh dengan ilmu dan terikat erat dengan para ulama . Hal ini terlihat sekali pada zaman
genarasi-genarasi terbaik atau disebut pada masa keemasan islam , semasa hidup Rasulullah saw pada zaman sahabat, tabi’in, dan masa-masa berikutinya. Kemudian datanglah setelah generasi tadi genarasi-
generasi belakangan yang menjauh dari etika dan penghormatan terhadap ulama dan lebih cenderung kepada orang-orang yang mereka disebut ” para pemikiran Islam” atau “ cendikiawa Muslim”. Buah pahit yang dirasakan dari ini adalah dicabutnya rahmat Allah swt dnegan timbulnya perpecahan di dalam tubuh kaum muslimin sebagai akibat berbeda-bedanya pemikiran- pemikiran islami yang ada .
Yang sangat disayangkan istilah ” pemikiran Islami ”atau “fikroh Islamiyah” hingga hari ini masih banyak dipakai di kalangan kaum muslismin dalamtulisan-tulisan dan pembicaraan mereka . Sejarah Liberalisme sebagai paham sesungguhnya sudah lama ada , seiring dengan proses penerjemahan buku-buku filsafat Yunani, Persia dan India ke dalam bahasa Arab atas perintah al-Makmum. Sejak itu, seruan kepada wihdatul adyan (penyatuan Agama) dan penisbatan nilai-nilai Agama sudah terdengar.
Penganut paham pluralis ini mengambil patokan tahun 1798 sebagai tonggak berdirinya paham Liberal. Pada tahun 1978 Napoleon Bonaparte menancapkan kukunya di Mesir. Tahun itu sangat bersejarah
sehingga Bernard Lewis menyebutnya sebagai “ a water shed in history” dan “the firs shock to
Islamic complacency, the first impulse to westernization and reform (lewis 1963: 34)
para sejarawan menyebutkan kedatangan Napoleon di Mesir merupakan tonggak penting bagi Muslim Liberal dan juga bagi bangsa Eropa. Bagi kaum Muslim Liberal, kedatangan itu membuka mata mereka, betapa tentara Eropa yang modern mampu menaklukkan dan menguasai jantung Islam . Bagi orang Eropa, kedatangan itu menyadarkan betapa mudah menaklukkan sebuah peradaban yang di masa silam
begitu Berjaya dan sulit ditaklukkan . Begitu pentingnya tahun 1798 ini hingga Albert Hourani, sejarawan Inggris keturunan Libanon, menjadikan sebagai awal era Liberal bagi bangsa Arab dan kaum Muslimin.
Seperti yang telah dijelaskan dalam bukunya, Arabic thought in the liberal age.
Kedatangan Napoleon ke Mesir bukan sekedar invasi militer, melainkan juga titik awal westernisasi bangsa
Arab dan kaum Muslimin. Hourani ini menjadikan era liberal sebagai rujukan masa kebangkitan islam di dunia modern.
Pemikiran liberal masuk kedalam tubuh kaummuslimin melalui para penjajah colonial . Kemudian disambut orang-orang yang terperangah dengan moderen .
0 komentar:
Posting Komentar